Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Kesenjangan Ekonomi Bisa Hilang

 

Setiap hari Jumat, saya selalu merasa trenyuh manakala berangkat kerja di pagi hari. Pasalnya, banyak sekali orang berkumpul di dekat tempat pembuangan sampah (TPS) sementara dekat komplek perumahan saya. Usut punya  usut ternyata mereka sedang menanti pembagian nasi bungkus, program Jumat Berkah yang selalu diadakan setiap hari Jumat oleh sekolompok orang.

Antara trenyuh dan prihatin pada sebagian orang yang mengharapkan adanya nasi bungkus hanya 1 kali dalam sepekan. Sementara bisa jadi di luar sana banyak orang yang masih membuang-buang makanan hanya karena alasan sudah kenyang.

Entah mengapa masalah kemiskinan dan kesenjangan ekonomi menarik minat untuk saya bahas. Meskipun saya tidak termasuk expert di bidangnya, apalagi berani speak up mengenai impian untuk bisa saling tolong menolong kepada yang membutuhkan.

Saya pribadi baru mengenal konsep sedekah mungkin masih 15 tahunan. Yap, masih 15 tahunan karena bagi saya itu masih waktu yang sebentar, karena seharusnya dari sejak kecil saya sudah bisa mengamalkan gaya hidup bersedekah ini.

Jadi dulu, mengapa saya bersedekah, hal ini dikarenakan:
  1. Mengikuti konsep dakwah Yusuf Mansur, bahwa ketika kita ingin mendapat rezeki berlimpah maka harus melakukan sedekah. Namun lama kelamaan saya mulai meninggalkan pengharapan tersebut. Saya ingin bersedekah ikhlas karena Allah SWT. Apabila di kemudian hari saya mendapat rezeki berlimpah, artinya Allah SWT memberikan rezekinya untuk saya.
  2. Ingin mensucikan harta. Saya merasa bahwa dengan bersedekah atau berinfaq dalam membersihkan harta yang saya miliki dari hal-hal yang tidak baik, misalnya ada hal anak yatim di dalamnya. Meskipun harta saya ya adalah gaji yang diterima setiap bulannya, tetap saya anggap wajib dibersihkan dengan sedekah.
  3. Ingin mendapat ketenangan karena ujian hidup yang sedang dialami. Dulua saya merasa ujian hidup yang saya alami terasa beratnya. Lalu saya mencoba lebih dekat kepada Allah SWT. Namun setelah mendengar ceramah agama, saya mencoba sambil lakukan sedekah dan afirmasi positif itu muncul. Jiwa menjadi lebih tenang karena ada kepuasan batin bisa menolong orang lain. Sekaligus sebagai pengingat bahwa ternyata masih banyak orang yang lebih susah dari kita.
Semakin maju teknologi, maka informasi pun makin mudah kita dapatkan. Saya pun banyak mendapat informasi dimana saja terdapat masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Biasanya dari media sosial seperti Instagram dan aplikasi yang bergerak di pengumpulan dana umat seperti Kitabisa.com, Rumah Zakat, Yayasan Nurul Hayat dan masih banyak lagi.

Lalu, apa saja manfaat positif dari adanya lembaga fundraising tersebut, salah satunya:
  1. Memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai masyarakat mana saja yang sedang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Bantuan kemanusiaan tidak hanya diperuntukkan bagi daerah yang terkena bencana alam saja. Ada beberapa daerah yang kekurangan air bersih misalnya, maka kita sebagai donatur apabila ingin memberikan bantuan maka tentu sangat berarti. Ohya, lembaga fundraising seperti Kitabisa.com ini tidak hanya diperuntukkan bagi umat Muslim saja ya, namun seluruh masyarakat dari suku maupun agama apapun bisa berdonasi.
  2. Menciptakan pemerataan kesejahteraan dan membantu siapa saja yang membutuhkan. Tentu saja masyarakat bebas memilih lembaga fundraising mana yang akan menjadi perantara mereka untuk berdonasi
  3. Mewujudkan pemerataan kesejahteraan daerah. Seperti yang kita ketahui, pembangunan di beberapa daerah di Indonesia masih belum merata. Ada beberapa desa yang belum tersentuh pembangunan, ada beberapa daerah yang belum menerima air bersih. Dan saya pernah melihat beberapa lembaga fundraising mewujudkan pemerataan tersebut dari donasi para anggota.
Kesenjangan ekonomi bisa diminimalkan apabila terdapat kesadaran setiap warga negara yang memiliki kemampuan secara finansial, untuk menolong saudara lainnya yang membutuhkan.

Namun kembali lagi, kita tidak bisa memaksakan kehendak agar mereka yang lebih kaya berderma kepada yang membutuhkan. Ini soal kepekaan dan hati nurani. 

Lalu bagaimana agar kesenjangan ekonomi bisa hilang? Tentu tidak bisa 100% teratasi, namun setidaknya berkurang sampai sekian persen. 

Hidup di Indonesia bagi saya merupakan suatu anugerah yang tak terhingga. Masyarakatnya masih memiliki rasa empati yang tinggi. Tak segan dari kita yang bahu membahu mengeluarkan sedikit dana untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

Coba saja kalian lihat di media sosial atau berita di internet, bahwa negara-negara adidaya di luar sana bahkan lebih banyak warga negaranya yang berada di bawah garis kemiskinan, dan mungkin tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah atau warga sekitarnya.

Beberapa cara sederhana dari diri sendiri agar bisa berkontribusi dalam mengentaskan kesenjangan ekonomi, antara lain:

1. Menyisihkan sebagian uang untuk donasi

Ada lembaga fundraising yang menerima donasi senilai seribu rupiah saja lho. Tentu sangat mempermudah bagi kita yang ingin beramal namun khawatir harus dengan nominal yang tak terjangkau.

Selain ini, langkah ini bisa menjadi salah satu ilmu parenting bagi para orang tua kepada anak, untuk lebih peka terhadap orang lain yang membutuhkan. Ajarkan anak sejak dini untuk bersedekah meskipun hanya dengan seribu rupiah. Ajak teman, kerabat dan saudara lain untuk berdonasi dan membantu meringankan beban keuangan saudara kita di pelosok tanah air.

2. Ikut komunitas yang bergerak di bidang fundraising

Karang taruna, remaja masjid, remaja gereja bisa jadi perkumpulan kecil yang membawa perubahan besar apabila memberi manfaat bagi warga sekitarnya. Sedekah tak harus dalam bentuk uang. Kalian bisa mendonasikan darah melalui donor darah yang bermanfaat bagi orang yang membutuhkan.

Di Indonesia, saya lihat banyak komunitas yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan. Sebut saja Komunitas Save Stree Child, Komunitas Ketimbang Ngemis, Sahabat Indonesia Berbagai, dan masih banyak lagi lainnya.

3. Sebarkan informasi apabila ada masyarakat yang membutuhkan bantuan

Saya jadi teringat dengan salah satu akun Instagram yang bernama Sayap Hati yang dikelola oleh Windi Wijaya. Windi selalu posting di Instagramnya apabila ada warga yang sedang kesusahan secara ekonomi. Dia bersedia juga untuk menjadi perantara apabila ada netizen yang bersedia menjadi donatur.

Seperti kasus seorang kuli bangunan yang terpaksa dipecat oleh satpam perumahan, dikarenakan tidak menggunakan masker di saat bekerja. Maklum saja, kejadian tersebut terjadi ketika pandemi melanda Indonesia. Dalam video tersebut, tukang bangunan tersebut harus pulang dengan langkah gontai akibat pemecatan secara sepihak.

Windi pun mengunggah video tersebut dan kemudian menjadi viral. Bersyukur akhirnya dengan kekuatan netizen, lokasi tempat tinggal pemuda kuli bangunam itu dapat ditemukan.

Dari sini kita belajar dan mengambil hikmah, jika saling bergotong royong untuk berbuat kebaikan, maka Insha Allah akan ada jalan terbaik dalam membantu saudara yang sedang kesusahan secara finansial.

Mungkin apa yang saya utarakan dalam tulisan ini masih dangkal, namun setidaknya mari mulai dari diri sendiri terlebih dahulu, untuk bisa peka terhadap lingkungan sekitar.

Semoga bermanfaat.




Posting Komentar untuk "Apakah Kesenjangan Ekonomi Bisa Hilang"